Sholat Dhuha, Kerjakanlah!
Untuk dalil mengenai
sholat dhuha dijelaskan dalam hadist, Abu Hurairah r.a. meriwayatkan:
"Kekasihku, Rasulullah saw. berwasiat kepadaku mengenai tiga hal: 1.)
agar aku berpuasa sebanyak tiga hari pada setiap bulan, 2.) melakukan sholat dhuha dua rakaat, dan 3.) melakukan sholat witir sebelum tidur." (HR Bukhari dan Muslim)
Nabi pun melakukan
sholat dhuha sebagaimana diriwayatkan dalam hadist, dikatakan bahwa Mu'azah al-Adawiyah bertanya kepada Aisyah binti Abu Bakar ra:
"Apakah Rasulullah saw. melakukan sholat dhuha?" Aisyah menjawab, "Ya,
Rasulullah melakukannya sebanyak empat rakaat atau menambahnya sesuai
dengan kehendak Allah." (HR Muslim, an-Nasa'i, at-Tirmidzi, dan Ibnu
Majah)
Demikianlah hadist-hadist yang menguatkan kesunnahan
sholat dhuha. Maka sebagai umat nabi Muhammad saw, alangkah baiknya bila kita teladani sholat dhuha yang dilakukan Rasulullah saw.
Segudang Manfaat Sholat Dhuha
Setiap amal ibadah, pasti memberikan manfaat bagi yang mengerjakannya,
tidak terkecuali sholat dhuha. Berdasarkan tinjauan agama, sholat dhuha
memiliki beberapa keutamaan (faidah). Pertama,
sholat dhuha merupakan
bentuk terimakasih kita kepada Allah swt. atas nikmat segar bugarnya
setiap sendi di tubuh kita. Menurut Rasulullah saw, setiap sendi di
tubuh jita berjumlah 360 sendi yang setiap harinya harus kita beri
sedekah sebagaimana makanannya, dan kata Nabi, sholat dhuha adalah
makanannya.
"Pada setiap manusia di ciptakan 360 persendian dan searusnya orang yang
bersangkutan (pemilik sendi) bersedekah untuk setiap sendinya." Lalu
para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, siapa yang sanggup melakukannya?"
Rasulullah saw menjelaskan: "Membersihkan kotoran yang ada di masjid
atau menyingkirkan sesuatu (yang dapat mencelakakan orang) dari jalan
raya, apabila ia tidak mampu maka sholat dhuha dua rakaat dapat menggantikannya." (HR Ahmad bin Hanbal dan Abu Daud)
Keutamaan yang kedua,
sholat dhuha merupakan
kesempatan bagi kita untuk meminta rahmat dan nikmat Allah sepanjang
hari yang akan kita lalui, baik nikmat fisik maupun materi. Dengan kita
mendirikan sholat dhuha, niscaya kita akan mendapat kelancaran rizki dan
selalu dirahmati oleh Allah swt. Dalam sebuah hadist Rassulullah
bersabda,
"Allah berfirman, 'Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas
melakukan sholat empat rakaat pada pagi hari, yakni sholat dhuha, niscaya nanti akan kucukupi kebutuhanmu hingga sore harinya." (HR al-Hakim dan at-Tabrani)
Sholat dhuha yang
dilakukan sebelum mengawali hari dapat memberikan semangat dan gairah
dalam menjalani hari. Berbekal harapan semoga hari yang akan kita lalui
menjadi hari yang lebih baik dari hari kemarin, kita menanam optimisme
dalam hidup. Kita akan selalu yakin bahwa Sang Maha Rahman akan selalu
merahmati kita.
Keutamaan yang ketiga, dengan mendirikan
sholat dhuha kita akan terlindung dari siksa api neraka di hari pembalasan. Hal ini ditegaskan Nabi dalam sebuah hadist,
"Barangsiapa melakukan sholat fajar, kemudian ia tetap duduk di tempat
sholatnya sambil berdzikir hingga matahari terbit dan kemudian ia
melaksanakan sholat dhuha sebanyak dua rakaat, niscaya Allah swt. akan mengharamkan api neraka menyentuh atau membakar tubuhnya." (HR al-Baihaqi)
Keempat, bila
sholat dhuha dikerjakan secara ruti, niscaya Allah akan mengganjarnya dengan balasan surga. Rasulullah bersabda,
"Di dalam surga terdapat pintu yang bernama bab ad-dhuha (pintu dhuha) dan
pada hari kiamat nanti ada orang yang memanggil, 'Dimana orang yang
senantiasa mengerjakan sholat dhuha? Ini pintu kamu, masuklah dengan
kasih sayang Allah'." (HR at-Tabrani)
Setelah memahami keutamaan dan manfaat
sholat dhuha
cukup beralasan jika Nabi Muhammad saw. menghimbau umatnya untuk
senantiasa melaksanakan sholat dhuha ini. Kendati demikian, untuk
memperoleh fadilah yang dijanjikan Allah, kita patut memperhatikan
ketentuan dan tata cara melakukannya.
Kapan Waktu Sholat Dhuha?
Menurut bahasa, arti kata
dhuha berarti terbit atau naiknya
matahari. Itulah mengapa sholat sunnah ini dilakukan pada pagi hari,
ketika matahari mulai menampakkan sinarnya. Namun beberapa ulama fikih
memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang waktu pelaksanaan
sholat dhuha.
Imam Nawawi, di dalam kitab ar-Raudah mengatakan bahwa waktu
sholat dhuha dimulai sejak terbitnya matahari, yaitu sekitar setinggi
lembing (lebih kurang 18 derajat). Sedangkan Abdul Karim bin Muhammad
ar-Rifai, seorang ahli fikih bermahzab Syafi'i menyebutkan bahwa
sebaiknya sholat dhuha dilakukan saat matahari naik lebih tinggi dari
itu.
Di hadist lain, dijelaskan mengenai perihal waktu dhuha. Zaid bin Arqam
meriwayatkan, Rasulullah saw keluar menemui penduduk Quba di saat mereka
melaksanakan
sholat dhuha, lalu Rasulullah saw bersabda:
"Sholat dhuha dilakukan apabila anak-anak unta telah merasa kepanasan (karena terkena sinar matahari)." (HR Muslim dan Ahmad bin Hanbal)
Berapa Rakaat Sholat Dhuha?
Pada dasarnya, sholat dhuha tidaklah menyusahkan apabila dikerjakan. Pasalnya,
sholat dhuha dapat
dilakukan sesuai kemampuan dan kesempatan yang dimiliki bagi yang ingin
melaksanakannya. Sholat dhuha dapat dikerjakan sebanyak 2 rakaat, 4
rakaat, hingga 12 rakaat dengan salam setiap 2 rakaat.
Ketentuan yang menyimpulkan jumlah rakaat sholat dhuha datang dari Sayid
Sabiq, seorang ahli fiqih dari Mesir. Disebutkan bahwa batas minimal
sholat dhuha itu
dua rakaat, sedangkan maksimalnya delapan rakaat. Sementara dalil lain
mengenai ketentuan batas maksimal sholat dhuha dapat ditemukan pada
hadist
fi'li (perbuatan) yang diriwayatkan Aisya ra,
"Rasulullah masuk ke rumah saya lalu melakukan sholat dhuha sebanyak delapan rakaat." (HR Ibnu Hiban)
Lebih dari itu, menurut ulama mahzab Hanafi, jumlah maksimal rakaat
sholat dhuha yaitu 16 rakaat. Sedangkan Abu Ja'far Muhammad bin Jarir at-Tabari, pengarang kitab
Tafsir Jami al-Bayan,
sebagian ulama mahzab Syafi'i dan Ibnu Qayyim al-Jauziyah berpendapat
bahwa tidak ada batas maksimal untuk jumlah rakaat sholat dhuha.
Semuanya tergantung pada kemampuan dan kesanggupan orang yang ingin
mengerjakannya.
Bagaimana Tata Cara Sholat Dhuha?
Secara keseluruhan, syarat sah serta rukun
sholat dhuha sama dengan sholat wajib. Hanya niatnya yang membedakan, yaitu:
“Ushalli Sunnatadh-dhuhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa.”
Artinya :
“Aku niat shalat sunat dhuha dua rakaat, karena Allah ta’ala
Setelah sholat dhuha, disunnahkan membaca doa sebagai berikut:
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ،
وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ،
وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ
رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ
فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا
فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ
وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ
عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL
JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL
ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA
INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU,
WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU,
BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA,
AATINI MAA ATAITA ‘IBADIKASH SHALIHIN.
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan
adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah
kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku
berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi
maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah,
apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai
Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada
hamba-hambaMu yang sholeh”