Rabu, 10 Oktober 2012

Keutamaan dan Manfaat Dzikir dalam Kehidupan Manusia

Keutamaan dan Manfaat Dzikir dalam Kehidupan Manusia

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Berikut adalah keutamaan-keutamaan dzikir yang disarikan oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya Al Wabilush Shoyyib. Moga bisa menjadi penyemangat bagi kita untuk menjaga lisan ini untuk terus berdzikir, mengingat Allah daripada melakukan hal yang tiada guna.

(1) mengusir setan.
(2) mendatangkan ridho Ar Rahman.
(3) menghilangkan gelisah dan hati yang gundah gulana.
(4) hati menjadi gembira dan lapang.
(5) menguatkan hati dan badan.
(6) menerangi hati dan wajah menjadi bersinar.
(7) mendatangkan rizki.
(8) orang yang berdzikir akan merasakan manisnya iman dan keceriaan.
(9) mendatangkan cinta Ar Rahman yang merupakan ruh Islam.
(10) mendekatkan diri pada Allah sehingga memasukkannya pada golongan orang yang berbuat ihsan yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihatnya.
(11) mendatangkan inabah, yaitu kembali pada Allah ‘azza wa jalla. Semakin seseorang kembali pada Allah dengan banyak berdzikir pada-Nya, maka hatinya pun akan kembali pada Allah dalam setiap keadaan.
(12) seseorang akan semakin dekat  pada Allah sesuai dengan kadar dzikirnya pada Alalh ‘azza wa jalla. Semakin ia lalai dari dzikir, ia pun akan semakin jauh dari-Nya.
(13) semakin bertambah ma’rifah (mengenal Allah). Semakin banyak dzikir, semakin bertambah ma’rifah seseorang pada Allah.
(14) mendatangkan rasa takut pada Rabb ‘azza wa jalla dan semakin menundukkan diri pada-Nya. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir, akan semakin terhalangi dari rasa takut pada Allah.
(15) meraih apa yang Allah sebut dalam ayat,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
Maka ingatlah pada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian.” (QS. Al Baqarah: 152). Seandainya tidak ada keutamaan dzikir selain yang disebutkan dalam ayat ini, maka sudahlah cukup keutamaan yang disebut.
(16) hati akan semakin hidup. Ibnul Qayyim pernah mendengar gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
الذكر للقلب مثل الماء للسمك فكيف يكون حال السمك إذا فارق الماء ؟
Dzikir pada hati semisal air yang dibutuhkan ikan. Lihatlah apa yang terjadi jika ikan tersebut lepas dari air?”
(17) hati dan ruh semakin kuat. Jika seseorang melupakan dzikir maka kondisinya sebagaimana badan yang hilang kekuatan. Ibnul Qayyim rahimahullah menceritakan bahwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sesekali pernah shalat Shubuh dan beliau duduk berdzikir pada Allah Ta’ala sampai beranjak siang. Setelah itu beliau berpaling padaku dan berkata, ‘Ini adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini, hilanglah kekuatanku’ –atau perkataan beliau yang semisal ini-.
(18) dzikir menjadikan hati semakin kilap yang sebelumnya berkarat. Karatnya hati adalah disebabkan karena lalai dari dzikir pada Allah. Sedangkan kilapnya hati adalah dzikir, taubat dan istighfar.
(19) menghapus dosa karena dzikir adalah kebaikan terbesar dan kebaikan akan menghapus kejelekan.
(20) menghilangkan kerisauan. Kerisauan ini dapat dihilangkan dengan dzikir pada Allah.
(21) ketika seorang hamba rajin mengingat Allah, maka Allah akan mengingat dirinya di saat ia butuh.
(22) jika seseorang mengenal Allah dalam  keadaan lapang, Allah akan mengenalnya dalam keadaan sempit.
(23) menyelematkan seseorang dari adzab neraka.
(24) dzikir menyebabkan turunnya sakinah (ketenangan), naungan rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat.
(25) dzikir menyebabkan lisan semakin sibuk sehingga terhindar dari ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dusta, perbuatan keji dan batil.
(26) majelis dzikir adalah majelis para malaikat dan majelis orang yang lalai dari dzikir adalah majelis setan.
(27) orang yang berzikir begitu bahagia, begitu pula ia akan membahagiakan orang-orang di sekitarnya.
(28) akan memberikan rasa aman bagi seorang hamba dari kerugian di hari kiamat.
(29) karena tangisan orang yang berdzikir, maka Allah akan memberikan naungan ‘Arsy padanya di hari kiamat yang amat panas.
(30) sibuknya seseorang pada dzikir adalah sebab Allah memberi untuknya lebih dari yang diberikan pada peminta-minta.
(31) dzikir adalah ibadah yang paling ringan, namun ibadah tersebut amat mulia.
(32) dzikir adalah tanaman surga.
(33) pemberian dan keutamaan yang diberikan pada orang yang berdzikir, tidak diberikan pada amalan lainnya.
(34) senantiasa berdzikir pada Allah menyebabkan seseorang tidak mungkin melupakan-Nya. Orang yang melupakan Allah adalah sebab sengsara dirinya dalam kehidupannya dan di hari ia dikembalikan. Seseorang yang melupakan Allah menyebabkan ia melupakan dirinya dan maslahat untuk dirinya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hasyr: 19)
(35) dzikir adalah cahaya bagi pemiliknya di dunia, kubur, dan hari berbangkit.
(36) dzikir adalah ro’sul umuur (inti segala perkara). Siapa yang dibukakan baginya kemudahan dzikir, maka ia akan memperoleh berbagai kebaikan. Siapa yang luput dari pintu ini, maka luputlah ia dari berbagai kebaikan.
(37) dzikir akan memperingatkan hati yang tertidur lelap. Hati bisa jadi sadar dengan dzikir.
(38) orang yang berdzikir akan semakin dekat dengan Allah dan bersama dengan-Nya. Kebersamaan di sini adalah dengan kebersamaan yang khusus, bukan hanya sekedar Allah itu bersama dalam arti mengetahui atau meliputi. Namun kebersamaan ini menjadikan lebih dekat, mendapatkan perwalian, cinta, pertolongan dan taufik Allah. Sebagaimana AllahTa’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An Nahl: 128)
وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 249)
وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al ‘Ankabut: 69)
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS. At Taubah: 40)
(39) dzikir itu dapat menyamai seseorang yang memerdekakan budak, menafkahkan harta, dan menunggang kuda di jalan Allah, serta juga dapat menyamai seseorang yang berperang dengan pedang di jalan Allah.
Sebagaimana terdapat dalam hadits,
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ
Barangsiapa yang mengucapkan ‘Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku, wa lahul hamdu, wa huwa ‘ala kulli syain qodiir dalam sehari sebanyak 100 kali, maka itu seperti memerdekakan 10 budak.[1]
(40) dzikir adalah inti dari bersyukur. Tidaklah bersyukur pada Allah Ta’ala orang yang enggan berdzikir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Mu’adz,
« يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ ». فَقَالَ « أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ »
Wahai Mu’adz, demi Allah, sungguh aku mencintaimu. Demi Allah, aku mencintaimu.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menasehatkan kepadamu –wahai Mu’adz-, janganlah engkau tinggalkan di setiap akhir shalat bacaan ‘Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik’ (Ya Allah tolonglah aku untuk berdzikir dan bersyukur serta beribadah yang baik pada-Mu).[2] Dalam hadits ini digabungkan antara dzikir dan syukur. Begitu pula Allah Ta’alamenggabungkan antara keduanya dalam firman Allah Ta’ala,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqarah: 152). Hal ini menunjukkan bahwa penggabungan dzikir dan syukur merupakan jalan untuk meraih bahagia dan keberuntungan.
(41) makhluk yang paling mulia adalah yang bertakwa yang lisannya selalu basah dengan dzikir pada Allah. Orang seperti inilah yang menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Ia pun menjadikan dzikir sebagai syi’arnya.
(42) hati itu ada yang keras dan meleburnya dengan berdzikir pada Allah. Oleh karena itu, siapa yang ingin hatinya yang keras itu sembuh, maka berdzikirlah pada Allah.
Ada yang berkata kepada Al Hasan, “Wahai Abu Sa’id, aku mengadukan padamu akan kerasnya hatiku.” Al Hasan berkata, “Lembutkanlah dengan dzikir pada Allah.”
Karena hati  ketika semakin lalai, maka semakin keras hati tersebut. Jika seseorang berdzikir pada Allah, lelehlah kekerasan hati tersebut sebagaimana timah itu meleleh dengan api. Maka kerasnya hati akan meleleh semisal itu, yaitu dengan dzikir pada Allah ‘azza wa jalla.
(43) dzikir adalah obat hati sedangkan lalai dari dzikir adalah penyakit hati. Obat hati yang sakit adalah dengan berdzikir pada Allah.
Mak-huul, seorang tabi’in, berkata, “Dzikir kepada Allah adalah obat (bagi hati). Sedangkan sibuk membicarakan (‘aib) manusia, itu adalah penyakit.”
(44) tidak ada sesuatu yang membuat seseorang mudah meraih nikmat Allah dan selamat dari murka-Nya selain dzikir pada Allah. Jadi dzikir adalah sebab datangnya dan tertolaknya murka Allah. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7). Dzikir adalah inti syukur sebagaimana telah disinggung sebelumnya. Sedangkan syukur akan mendatangkan nikmat dan semakin bersyukur akan membuat nikmat semakin bertambah.
(45) dzikir menyebabkan datangnya shalawat Allah dan malaikatnya bagi orang yang berdzikir. Dan siapa saja yang mendapat shalawat (pujian) Allah dan malaikat, sungguh ia telah mendapatkan keuntungan yang besar. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42) هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا (43)
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Ahzab: 41-43)
(46) dzikir kepada Allah adalah pertolongan besar agar seseorang mudah melakukan ketaatan. Karena Allah-lah yang menjadikan hamba mencintai amalan taat tersebut, Dia-lah yang memudahkannya dan menjadikan terasa nikmat melakukannya. Begitu pula Allah yang menjadikan amalan tersebut sebagai penyejuk mata, terasa nikmat dan ada rasa gembira. Orang yang rajin berdzikir tidak akan mendapati kesulitan dan rasa berat ketika melakukan amalan taat tersebut, berbeda halnya dengan orang yang lalai dari dzikir. Demikianlah banyak bukti yang menjadi saksi akan hal ini.
(47) dzikir pada Allah akan menjadikan kesulitan itu menjadi mudah, suatu yang terasa jadi beban berat akan menjadi ringan, kesulitan pun akan mendapatkan jalan keluar. Dzikir pada Allah benar-benar mendatangkan kelapangan setelah sebelumnya tertimpa kesulitan.
(48) dzikir pada Allah akan menghilangkan rasa takut yang ada pada jiwa dan ketenangan akan selalu diraih. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir akan selalu merasa takut dan tidak pernah merasakan rasa aman.
(49) dzikir akan memberikan seseorang kekuatan sampai-sampai ia bisa melakukan hal yang menakjubkan. Itulah karena disertai dengan dzikir. Contohnya adalah Ibnu Taimiyah yang sangat menakjubkan dalam perkataan, tulisannya, dan kekuatannya. Tulisan Ibnu Taimiyah yang ia susun sehari sama halnya dengan seseorang yang menulis dengan menyalin tulisan selama seminggu atau lebih. Begitu pula di medan peperangan, beliau terkenal sangat kuat. Inilah suatu hal yang menakjubkan dari orang yang rajin berdzikir.
(50) orang yang senantiasa berdzikir ketika berada di jalan, di rumah, di lahan yang hijau, ketika safar, atau di berbagai tempat, itu akan membuatnya mendapatkan banyak saksi di hari kiamat. Karena tempat-tempat tadi, gunung dan tanah, akan menjadi saksi bagi seseorang di hari kiamat. Kita dapat melihat hal ini pada firman Allah Ta’ala,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5)
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.” (QS. Az Zalzalah: 1-5)
(51) jika seseorang menyibukkan diri dengan dzikir, maka ia akan terlalaikan dari perkataan yang batil seperti ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), perkataan sia-sia, memuji-muji manusia, dan mencela manusia. Karena lisan sama sekali tidak bisa diam. Lisan boleh jadi adalah lisan yang rajin berdzikir dan boleh jadi adalah lisan yang lalai. Kondisi lisan adalah salah satu di antara dua kondisi tadi. Ingatlah bahwa jiwa jika tidak tersibukkan dengan kebenaran, maka pasti akan tersibukkan dengan hal yang sia-sia.[3]
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.


[1] HR. Bukhari no. 3293 dan Muslim no. 2691
[2] HR. Abu Daud no. 1522, An Nasai no. 1303, dan Ahmad 5/244. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih
[3] Disarikan dari Al Wabilush Shoyyib, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, tahqiq: ‘Abdurrahman bin Hasan bin Qoid, terbitan Dar ‘Alam Al Fawaid, 94-198.

Rahasia Kekuatan Sholat Dhuha

Tahukah Anda kekuatan dari Rahasia Sholat Dhuha? Ya, fadhilahnya. Jika Anda belum tahu, maka wajib menyimak informasi berikut ini. 

“Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang yang menampakkannya, demi malam apabila menutupinya, demi langit serta membinanya, demi bumi serta penghamparannya, demi jiwa serta penyempurnaannya, maka Dia mengilhamkan kepadanya kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya”(QS. As-Syams:1-10).

Ali bin Abi Thalib ra, berkata,”Rasulullah saw, shalat dhuha pada saat (ketinggian) matahari di sebelah timur sama dengan ketinggiannya pada waktu shalat Ashar di sebelah barat”.

Shalat dhuha dilakukan untuk meneguhkan langkah dan perwujudan dari doa-doa saat shalat tahajud di tengah malam, ditengah aktifitas yang kita jalankan. Shalat dhuha untuk menemani kita saat kelelahan bekerja di terik siang, sebelum shalat dhuhur dilakukan. Shalat dhuha dilakukan merupakan ucapan syukur dari siang yang telah dilakukan dan aktivitas yang tengah dilakukan.

Nama lain shalat dhuha adalah shalat awwabin orang-orang arab menyebutnya sebagai shalat memohon taubat, shalat isyraq adalah shalat saat terbit matahari pengertiannya merujuk pada permulaan masuknya waktu shalat dhuhur.

Nabi Muhammad saw bersabda,”Di dalam surga terdapat pintu yang bernama bab al dhuha (pintu dhuha) dan pada hari kiamat nanti ada  yang memanggil,’dimana orang yang senantiasa mengerjakan shalat dhuha?’inilah pintu kamu, masuklah dengan kasih sayang (rahmat) Allah”. 


Keutamaan Sholat Dhuha

Keutamaan shalat dhuha, orang yang melakukan dua rakaat tercatat sebagai orang yang tidak lalai, orang yang melakukan empat rakaat sebagai ahli ibadah dan gemar melakukan hal-hal kebaikan, orang yang melakukan enam rakaat akan terjaga dari perbuatan dosa sepanjang hari itu, orang yang melakukan delapan rakaat tercatat sebagai orang-orang taat dan sukses, orang yang melakukan dua belas rakaat akan dibuatkan rumah indah didalam surga.

Makna Sholat Dhuha dalam AI-Qur'an

Istilah dhuha dapat ditemukan pada beberapa tempat dalam Al-Qur'an. Kita dapat menemukan istilah dhuha kurang lebih pada tujuh tempat. Di satu tempat (QS Thaha [20]:59; AI-'Araf [7]:98; An-Nazi'at [79]:46), kata dhuha diartikan sebagai "pagi hari" atau sebagai "panas sinar matahari" di tempat lainnya (QS Thaha [20:119]). Istilah dhuha juga bisa mencakup kedua makna itu sehingga diartikan "sinar matahari di pagi hari" (QS As-Syams [91]:1).

Pada tempat lain (QS An-Nazi'at [79]:29), kata dhuha diartikan sebagai Siang yang terang. Namun, makna dhuha ini barangkali tidak merujuk pada keadaan terangnya siang di tengah hari yaitu waktu dzuhur.
Barangkali, dalam pengertian inilah kata dhuha diartikan  sebagai saat matahari naik sepenggalan (QS Adh-Dhuha [93]:1). Oleh karena itu, kata dhuha dipahami sebagian ulama, berdasarkan Surat Adh-Dhuha dan As-Syams, sebagai cahaya matahari secara umum, atau khususnya kehangatan cahaya matahari.

Makna kata dhuha ini, dapat kita temukan jugs dalam kamus Bahasa Arab. Dhuha diartikan sebagai forenoon, yakni pagi hari atau sebelum tengah hari, atau diartikan dalam bentuk kata kerjanya sebagai become appear/visible, menjadi tampak atau terlihat.

Jika kita perhatikan pemakaian istilah dhuha dalam Al-Qur'an, kita akan menemukan kata itu diasosiasikan antara lain dengan "saat manusia bermain" (QS Al-'Araf [7]:98). Dalam AI-Qur'an, istilah bermain (yal'ab) mengingatkan kita pada kata "permainan" (bentuk kata Benda dari kata kerja yal'ab) yang secara erat diasosiasikan dengan kehidupan dunia. “Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sendau gurau” (QS Al-An'am [6]:32). Pemahaman ini barangkali terlalu sederhana atau menyederhanakan persoalan yang sebenarnya lebih dalam. Namun, hal ini ada benarnya juga. Saat-saat dhuha adalah saat kebanyakan kita pada umumnya tengah sibuk "bermain-main" dengan kehidupan dunia.

Selanjutnya, istilah dhuha dalam Al-Qur'an juga diasosiasikan dengan saat-saat atau keadaan-keadaan di mana manusia dituntut untuk waspada dan hati-hati. Istilah itu, misalnya, dimaknai sebagai "keadaan tertimpa panas matahari" dalam perbandingannya dengan keadaan surga-yang di dalamnya tidak ada pangs matahari semacam itu (QS Thaha [2o]:119)--sekalipun kondisi saat dhuha lebih menyenangkan jika dibandingkan dengan getirnya hari Kiamat (QS An-Nazi'at [79]:46).

Istilah dhuha juga diasosiasikan Al-Qur'an dengan saat-saat di mana azab Tuhan sangat mungkin terjadi; yakni di saat-saat manusia "bermain" dan merasa aman dari malapetaka (QS Al-'Araf [7]:98). Saat-saat sibuk dengan kehidupan dunia adalah saat manusia sangat rentan untuk tenggelam dalam asyiknya urusan dunia dan lalai akan zikrullah. Nah, dalam kondisi-kondisi seperti inilah manusia dituntut untuk tidak lengah dan tetap waspada.

Selain itu, istilah dhuha juga dikaitkan dengan saat-saat terjadinya pertarungan atau persaingan antara kekuatan baik dan kekuatan jahat sebagaimana disimbolkan oleh Nabi Musa dan pasukan Fir'aun (QS Thaha [20]:59). Bahkan, istilah dhuha ini digunakan Allah sebagai kata sumpah-Nya tentang sungguh-sungguh terjadinya pertarungan antara kekuatan jahat dan baik itu pada tataran internal (batin) diri manusia. (QS As-Syams [91]:1,10).

Tentu saja, waktu dhuha bukanlah satu-satunya keadaan ketika pertarungan itu terjadi, karena pertarungan serupa bisa terjadi selain pada waktu dhuha. Itulah sebabnya, Allah menggunakan kata-kata sumpah lainnya saat menegaskan waktu-waktu atau keadaan-keadaan saat pertarungan itu terjadi.

Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari,
Demi bulan apabila mengiringinya,
Demi siang apabila menampakkannya,
Demi malam apabila menutupinya,
Demi langit serta pembinaannya,
Demi bumi serta penghamparannya,
Demi jiwa Berta penyempurnaannya,
maka Dia mengilhamkan kepadanya kejahatan dan ketakwaannya,
Sungguh beruntung orang yang menyucikannya,
Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.
(QS As-Syams [91]:1-10)

Dalam konteks waktu atau keadaan, kalimat-kalimat sumpah ini bisa diterjemahkan secara bebas menjadi: "demi ketika matahari memancarkan sinar dhuha", yakni saat pagi hari; "demi ketika bulan mengiringi matahari", yakni saat malam yang terang; "demi ketika siang menampakkan matahari," yakni saat tengah hari; "demi ketika malam menutupi matahari," yakni saat gelap gulita; "demi ketika langit dibangun," yakni saat langit terasa tinggi dan luas dalam cakrawala pemandangan terbuka; "demi ketika bumi dihamparkan," yakni saat bumi dihamparkan dalam bentangan alam terbuka; dan, "demi ketika jiwa dijadikan sempurna," yakni saat peniupan ruh.

Pada saat-saat seperti itulah kecenderungan  (jiwa) pada kejahatan dan kecenderugan (ruh) pada kebaikan bertarung dalam diri manusia. Sungguh, beruntunglah orang-orang yang kecenderungan jahat jiwanya terkalahkah oleh kecenderungan baik ruhnya dan sungguh rugilah orang-orang yang kecenderungan buruk (jiwa)nya mengalahkan kecenderungan baik
(ruh)nya.

Namun demikian, hal yang membuat kita heran adalah mengapa Allah menempatkan kata "dhuha" (sinar matahari) atau "saat matahari bersinar di waktu dhuha"dalam urutan pertama di antara kata-kata sumpah lainnya (QS As-Syams [91]:1-9)?

Urutan penempatan kata-kata sumpah ini, tentunya, bukanlah sekadar kebetulan. Sebab, kata-kata sumpah tersebut tidak mungkin Allah lontarkan begitu saja. Hal ini menunjukkan bahwa saat-saat dhuha merupakan saat-saat kita harus berhati-hati dan waspada agar bisa memenangkan pertarungan dan terselamatkan dari ancaman-ancama kekuatan jahat, baik internal maupun eksternal, dari kelengahan zikrullah dan seterusnya.

Sampai di sini, kita bisa mengetahui makna penting shalat Dhuha. Dalam konteks seperti inilah, pelaksanaan shalat Dhuha bisa dipandang sebagai sarana kehati-hatian, kewaspadaan, keterbimbingan, dan keterlindungan dalam menghadapi rentannya waktu dhuha yang sarat dengan berbagai kemungkinan kejadian yang merugikan manusia. Hanya mereka yang ada dalam bimbingan dan lindungan Allah-lah yang bisa selamat dalam melewati waktu dhuha dengan mendapat keuntungan dan kepuasan. Dalam Al-Qur'an, Nabi Musa (dalam surat Al-‘Araf) dan Muhammad (QSAdh-Dhuha [931:4) merupakan figur-figur yang memperoleh penyelamatan itu.

Uraian tentang kata dhuha di atas hanyalah sekelumit cara kita dalam upaya menyingkapkan sebagian kecil makna yang terkandung dalam kata tersebut. Masih banyak rahasia-rahasia lain dari kata dhuha ini.

Berangkat di pagi hari atau sore hari pada jalan Allah (berjihad) adalah lebih baik dari dunia dan semua isinya. (HR Bukhari). Demikianlah artikel tentang  Makna Sholat Dhuha dalam AI-Qur'an.

Selasa, 09 Oktober 2012

Dzikir dan Doa Sesudah Sholat Fardhu

Berikut ini dipaparkan beberapa hadits yang berisi tentang dzikir dan doa sesudah sholat fardhu. Dzikir atau bacaan ini biasa dibaca oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam :
أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ اَللّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
Aku meminta ampunan kepada Allah (tiga kali).
Ya Allah, Engkaulah As-Salaam (Yang selamat dari kejelekan-kejelekan) dan dari-Mu as-salaam (keselamatan), Maha Berkah Engkau Wahai Dzat Yang Maha Agung dan Maha Baik

لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ, اَللّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
Tidak ada Tuhan selain Allah semata, Yang tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nyalah segenap kerajaan dan milik-Nyalah segala pujian serta Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menolak terhadap apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau tolak dan orang yang memiliki kekayaan tidak dapat menghalangi dari siksa-Mu
لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ
Tidak ada Tuhan selain Allah semata, Yang tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nyalah segenap kerajaan dan milik-Nyalah segala pujian serta Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan upaya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah, Tidak ada Tuhan selain Allah semata dan kami tidak beribadah kecuali kepada Allah, milik-Nya-lah segala kenikmatan, karunia, dan sanjungan yang baik, Tidak ada Tuhan selain Allah semata, kami mengikhlashkan agama untuk-Nya walaupun orang-orang kafir benci
سُبْحَانَ اللهِ
33x
Maha Suci Allah 33x
اَلْحَمْدُ ِللهِ
33x
Segala puji bagi Allah 33x
اَللهُ أَكْبَرُ
33x
Allah Maha Besar 33x
لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Tidak ada Tuhan selain Allah semata, Yang tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nyalah segenap kerajaan dan milik-Nyalah segala pujian serta Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu
Dalam sunan Tirmidzi diriwayatkan juga dzikir sbb:
Membaca :
( )قُـلْ هُـوَ اللهُ أَحَـدٌ …..) [ الإِخْـلاصْ ]
( قُـلْ أَعـوذُ بِرَبِّ الفَلَـقِ…..) [ الفَلَـقْ ]
( قُـلْ أَعـوذُ بِرَبِّ النّـاسِ…..) الـنّاس
(Dibaca 3x setelah shalat shubuh dan maghrib dan sekali-sekali setelah shalat lainnya)
اٰيَةُ الْكُرْسِي
Ayat kursi (QS: Al Baqarah ayat 255)
لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِـي وَيُمِـيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Tidak ada Tuhan selain Allah semata, Yang tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nyalah segenap kerajaan dan milik-Nyalah segala pujian yang menghidupkan dan mematikan serta Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Dibaca 10 kali setelah shalat shubuh dan maghrib )
Dalam sunan ibnu majah
اللّهُـمَّ إِنِّـي أَسْأَلُـكَ عِلْمـاً نافِعـاً وَرِزْقـاً طَيِّـباً ، وَعَمَـلاً مُتَقَـبَّلاً .
Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.
(Dibaca Setelah shalat shubuh)
Dalam buku-buku Tuntunan Sholat, Dzikir sehabis shalat fardhu biasa disusun sbb:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ
Astaghfirullooh 3x
Aku meminta ampunan kepada Allah (tiga kali).
Atau
أَسْتَغْفِرُ اللهِ الْعَظِيْمِ اَلَّذِى لاَ إِلٰهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ
x3
Astaghfirulloohal ‘azhiim alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuumu wa atuubu ilayhi
Aku meminta ampunan kepada Allah yang maha agung, Dzat yang tiada tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya) 3x
لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِـي وَيُمِـيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
x10 ( setelah subuh & maghrib),x3 setelah shalat lainnya
Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay in qodiirun
Tidak ada Tuhan selain Allah semata, Yang tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nyalah segenap kerajaan dan milik-Nyalah segala pujian serta Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu
اَللّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَاِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَاَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ دَارَ السَّلاَمِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
Alloohumma antassalaamu wa minkassalaamu wailayka ya’uudussalaamu fahayyinaa robbanaa bissalaami wa ad hilnal jannata daarossalaami tabaa rokta robbanaa yaa dzal jalaali wal ikroomi
Ya Allah, Engkaulah keselamatan, dan dari-Mu lah segala keselamatan, dan kepada-Mu lah kembalinya segala keselamatan, hiduplanlah kami dengan keselamatan, dan masukkanlah kami ke surge tempat keselamatan, Maha Suci Engkau wahai Tuhanku dan Maha Luhur, wahai Dzat yang Luhur lagi Mulia
Dilanjutkan membaca surat berikut:
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ….[ اَلْفاَتِحَةُ ]
قُـلْ هُـوَ اللهُ أَحَـدٌ ….. [ الإِخْـلاصْ ]
قُـلْ أَعـوذُ بِرَبِّ الفَلَـقِ….. [ الفَلَـقْ ]
قُـلْ أَعـوذُ بِرَبِّ النّـاسِ…..[ الـنّاس ]
اَللهُ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ….. [ اٰيَةُ الْكُرْسِي ]
سُبْحَانَ اللهِ
x33
Sub haanallohi
Maha Suci Allah 33x
اَلْحَمْدُ ِللهِ
33x
Alhamdu lillahi
Segala puji bagi Allah 33x
اَللهُ أَكْبَرُ
33x
Alloohu akbar
Allah Maha Besar 33x
لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay in qodiirun
Tidak ada Tuhan selain Allah semata, Yang tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nyalah segenap kerajaan dan milik-Nyalah segala pujian serta Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu
Boleh dilanjutkan dengan do’a-do’a yang lain.
Mohon maaf atas segala kekhilafan
Petunjuk Transliterasi
أ (a) ب (b) ت (t) ث (ts) ج (j) ح ( h ) خ (kh) د (d) ذ (dz) ر (r) ز (z)
س (s) ش (sy) ص (sh) ض (dh) ط (th) ظ (zh) ع ( ‘ ) غ (gh) ف (f) ق (q)
ك (k) ل ( l ) م (m) ن (n) و (w) ﻫ (h) ء ( ’ ) ي (y)
Aa = a panjang
Uu = u panjang
Ii = I panjang
Oo = o panjang
Semoga dzikir dan doa sesudah sholat fardhu ini kian menambah keimanan kita. Aamiin.
[source]

Tata Cara dan Waktu Sholat Dhuha

Waktu Sholat Dhuha dimulai dari pagi hari. Mulai waktu pagi pukul 07.00 s/d 11 siang hari sebelum waktu sholat dhuhur.  Tempat pelaksanaan sholat dhuha dapat dimana saja. Bisa di rumah, di masjid maupun dikantor. Yang paling penting adalah tempat, pakaian harus dalam keadaan suci dan bersih. Maksudnya suci disini adalah terjaganya pakaian terutama pada celana dari cipratan air kencing.  Lebih bagusnya lagi selalu Anda siapkan baju dan pakaian dalam pengganti jika Anda meragukan kesucian dari pakaian yang Anda kenakan.


Pengertian, Manfaat Dan Hukum Sholat Dhuha

Sholat Dhuha hukumnya sunnah, Rosulullah Muhammad SAW tidak pernah meninggalkan sholat dhuha sepanjang hidupnya, meski sholat ini tergolong sunnah dan kedudukannya bukan sunnah muakkadah tapi bagi mereka yang mengerjakan akan mendapat pahala yang sangat besar, tidak hanya balasan nanti di akhirat, tapi juga akan mendapat balasan langsung berkaitan dengan urusan dunia, maka sholat ini dapat diartikan sebagai doa membuka pintu rezeki,

Dari Rosululloh, Firman Allah SWT: “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang ( Sholat Dhuha ) niscaya pasti akan Aku cukupkan kebutuhanmu pada akhir harinya “ (HR.Hakim dan Thabrani)

Hukum Mengerjakan Sholat Dhuha :


Abu Hurairah ra. berkata, “Kekasihku (Rasulullah saw) berwasiat kepadaku dengan tiga perkara yang tidak akan aku tinggalkan sampai aku mati; puasa tiga hari pada setiap bulan (ayyam al-bidh’), Sholat Dhuha dan sholat witir sebelum tidur.” (HR Bukhari).

Cara Melaksanakan Sholat DhuhaNiatkan dalam hati untuk Sholat Dhuha. Kemudian Takbir (Takbirotul Ihrom) seperti sholat fardlu. Pada saat anda mengucapkan 'Allahu Akbar'.
  1. Baca Do'a iftitah 
  2. Baca Fatihah 
  3. Baca Surat lain selain al-fatihah.
  4. Lakukan sebagaimana seperti sholat biasa lainnya.

Sholat ini Anda lakukan 2 rokaat. Bila Anda melakukan 4 rokaat, 6 rokaat atau 8 rokaat. Lakukan 2 rokaat salam. 2 rokaat salam.

Doa Sholat Dhuha dan Artinya


Bacaan Doa Sholat Dhuha dalam Bahasa Arab




اَللّهُمَّ اِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَائُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ
  وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللّهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَاءِ فَاَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَاَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسِّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِى مَااَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Doa Sholat Dhuha dalam bahasa Latin

ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBAADAKASH SHALIHIN.

Arti Sholat Dhuha dalam bahasa Indonesia

Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.

-------
Adapun Waktu shalat dhuha dimulai dari naiknya matahari sekira-kira satu tombak setelah terbit sampai dengan menjelang waktu dhuhur. Ada beberapa pendapat yang melakukan sholat dhuha cukup 2 rokaat, ada yang 4 rokaat, 6 rokaat dan 8 rokaat.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host